Agribisnis
kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses
perencanaan bisnis hingga penjualan crude
palm oil (CPO) ke konsumen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha
untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan
organisasi menurut (Sumardjo, 2010) adalah suatu kumpulan individu yang
bersama-sama menjadi suatu sistem, melalui suatu hierarkhi jabatan dan
pembagian kerja untuk berusaha mencapai tujuan tertentu. Apabila manajemen
suatu perusahaan baik, tetapi organisasinya tidak baik, maka keadaan perusahaan
tersebut tidak akan sukses. Sebaliknya, jika organisasi baik tetapi manajemen
jelek, maka akan timbul mis-manajemen. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat
dari sembilan unsur manajemen, yang meliputi pengelolaan sumberdaya manusia,
pengelolaan modal, pengelolaan barang dan bahan, pengelolaan mesin-mesin,
pengelolaan teknis lapangan, pengelolaan peluang pasar, pengelolaan waktu,
pengelolaan sumberdaya alam, dan pengelolaan fakta menjadi data dan informasi
(Risza, 2010).
Perencanaan
dalam pemanenan dilakukan ketika tanaman akan beralih dari tanaman belum
menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan perencanaan tersebut
diantaranya penentuan jumlah tenaga pemanen, prosedur pelaksanaan, persiapan
hancak panen, persiapan akses jalan panen dan perlengkapan panen, sistem
administrasi, dan waktu pelaksanaan.
Pengorganisasian
kegiatan panen dikelola oleh asisten divisi yang bertanggung jawab kepada estate manager. Seorang asisten divisi
berhak memilih seorang mandor I sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan
lapangan. Pembagian tugas dan hancak karyawan panen dilakukan oleh mandor panen
selain bertugas melakukan pengawasan terhadap anggotanya masing-masing. Setiap
individu yang terlibat dalam organisasi panen harus memiliki kemampuan
kerjasama dalam tim selain kemampuan teknis di lapangan.
Pengarahan
dalam menjelaskan strategi untuk mencapai tujuan bersama adalah tanggung jawab
manager dan asisten divisi. Seorang pemimpin perlu memiliki integritas dan
komunikasi yang baik dalam memberi pengarahan sehingga staf dan karyawan pun
paham dan bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Biasanya manager akan
memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada asisten divisi terkait pencapaian
target produksi. Asisten divisi langsung merespon arahan tersebut dengan
mengkoordinasikan kepada seluruh karyawan di divisi. Komunikasi yang tidak
efektif kepada karyawan dapat menyebabkan pekerjaan tidak terarah sehingga
terjadi pemborosan karena biaya yang dikeluarkan tidak mencapai target yang
diinginkan. Dalam mempengaruhi karyawannya, seorang asisten dapat melakukan
kekuasan ganjaran, yaitu menggunakan imbalan agar karyawan bekerja dengan baik,
atau kekuasaan paksaan seperti memberikan sangsi apabila karyawan tidak bekerja
dengan baik. Selain itu, karyawan pun dapat dipengaruhi oleh kekuasaan ahli
berupa kemampuan teknis, pengalaman, dan kecerdasan teori yang dimiliki seorang
pemimpin (Sumardjo, 2010).
Pengawasan menjadi fungsi terakhir dalam
manajemen agar seluruh perencanaan dan kegiatan
dalam mencapai tujuan bersama dapat berjalan secara optimal. Seluruh standar
kerja dan prestasi kerja karyawan harus selalu dievaluasi oleh seorang
pemimpin. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi karyawan untuk selalu
bekerja dengan baik. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan melihat laporan
administrasi dan melihat langsung kondisi di lapangan. Selain kemampuan teknis
dan teori, seorang pemimpin juga harus menguasai permasalahan yang terdapat di
lapangan agar dapat segera diambil keputusan atau solusinya.
Daftar Pustaka:
Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa
Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 225 hal.
Sumardjo. 2010. Komunikasi organisasi p.291-309.
Dalam A.V.S Hubeis (Ed). Dasar - Dasar Komunikasi. Sains KPM
IPB Press. Bogor