Dalam
memperoleh kadar minyak yang optimal dan berkualitas dibutuhkan tingkat
kematangan yang sesuai ketika dilakukan kegiatan panen. Buah yang tepat matang diartikan
sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak yang
maksimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa seminggu sebelum
titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai sekitar 73%
dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi terjadi hanya dalam
waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian, bila buah
dipanen satu minggu sebelum tepat matang, perusahaan akan kehilangan 27% dari
potensi produksinya. Setiap perusahaan biasanya memiliki standar masing-masing
dalam menentukan tingkat kematangan kelapa sawit di perusahaannya. Parameter dalam
menyatakan tingkat kematangan TBS kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan
warna buah dan jumlah brondolan per tandannya. Tipe nigrescens merupakan tipe buah berwarna ungu sampai hitam pada
waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe
buah virescens memiliki ciri berwarna
hijau ketika masih mentah dan berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya
tetap berwarna kehijau-hijauan ketika matang. Menurut PPKS (2006), kriteria tepat
matang kelapa sawit berkisar 1-2 brondolan/kg tandan. Di lapangan terkadang
terdapat buah sakit yang ditandai dengan buah yang membusuk di bagian
pangkalnya. Buah sakit tersebut diakibatkan oleh infeksi jamur sehingga mudah
terlepas dari tandan. Buah abnormal lain yang kadang ditemukan adalah buah
batu. Ciri visual yang dimiliki buah batu adalah retak-retak pada bagian atas
buah. Dalam keadaan matang buah batu akan sulit untuk membrondol sehingga butuh
kecermatan agar tidak dikira buah mentah.
Pengawasan proses pemanenan harus
berjalan secara optimal agar tidak ada pemanen yang curang memotong buah mentah
untuk menaikkan berat basis yang diperolehnya. Buah mentah yang ditemukan
ketika dilakukan pemeriksaan harus dibelah menjadi empat bagian sebagai tanda
bahwa buah tersebut sudah dilakukan penindakan di lapangan dan tidak lagi
dimasukkan dalam grading di pabrik
kelapa sawit.
Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa
sawit akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas
minyak kelapa sawit diukur berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Menurut Setyamidjaja
(2006) kualitas minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh lama penyimpanan,
suhu, benturan dan pelukaan buah dan tingkat kematangan. Selanjutnya Hatley
(1997) menambahkan benturan dapat memecahkan vakuola sehingga minyak yang
terkandung di dalamnya akan bereaksi dengan enzim lipase dan membentuk asam
lemak bebas. Selain merugikan dari segi kualitas, kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak juga akan menambah biaya untuk memurnikan minyak
melalui proses netralisasi dengan mereaksikannya terhadap larutan basa (NaOH
dan Na2CO3) atau dengan proses penyulingan (Ketaren,
1986). Secara kuantitas, produksi dianggap optimal apabila mencapai rendemen
minyak yang tinggi. Hal tersebut dapat diperoleh dari kematangan TBS yang
optimal dan proses ekstraksi minyak di pabrik kelapa sawit.
Pustaka:
Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Second Edition. Longman Inc. New York. 806 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. 327 hal.
Pustaka:
Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Second Edition. Longman Inc. New York. 806 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. 327 hal.
1 komentar:
Mau kaya kerja....
Post a Comment