Agribisnis Potensial

Kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati dengan rendemen terbesar bila dibandingkan dengan komoditas penghasil minyak nabati lainnya.

More Use dan More Uses

Hampir setiap produk yang kita gunakan sehari-hari (baik pangan maupun non pangan) terbuat dari minyak kelapa sawit.

Sumber Energi Alternatif

Kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat setiap tahun dan semakin berkurangnya cadangan bahan bakar fosil membuat kita harus semakin beralih pada bahan bakar alternatif.

Salah Satu Aset Bangsa

Pada tahun 2008 terjadi peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit menjadi 7.3 juta ha dengan produksi CPO mencapai 19.40 juta ton.

Pengelolaan yang Menekankan Nilai Sosial dan Lingkungan

Suhu harian lingkungan hutan sekunder tidak berbeda nyata dengan lingkungan perkebunan kelapa sawit (PPKS, 2005)

2013/02/12

Angka Kerapatan Panen Kelapa Sawit


Angka kerapatan panen (AKP) adalah persentase sebaran pohon yang dapat di panen di suatu hancak tanaman menghasilkan. Mandor panen mempunyai tugas melakukan taksasi buah yang dapat dipanen esok hari dengan mengukur persentase kerapatan panennya. Apabila telah diketahui jumlah TBS yang akan bisa dipanen dari hancak tertentu, maka kebutuhan transportasi pengangkutan TBS juga bisa diperkirakan. Hal yang dapat mempengaruhi kerapatan panen adalah iklim, panjang rotasi panen, dan topografi lahan.
Taksasi panen semesteran adalah kegiatan meramalkan produktivitas kebun pada enam bulan ke depan. Taksasi semesteran digunakan untuk menentukan budget yang harus dipenuhi oleh setiap divisi.
Taksasi panen harian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi TBS yang akan diperoleh besok. Hal tersebut juga bisa memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen dan memperkirakan jumlah transportasi untuk mengangkut hasil panen. Buah yang diperkirakan bisa dipanen dicirikan dengan brondolan yang terdapat di piringan sebanyak lima brondolan. Persentase AKP didapatkan dengan mengambil contoh 100 pohon dari areal yang akan dipanen esok hari dengan rumus:
% AKP =  (jumlah tandan matang / jumlah tanaman contoh) x 100%

Kualitas Mutu Buah Panen Kelapa Sawit


Dalam memperoleh kadar minyak yang optimal dan berkualitas dibutuhkan tingkat kematangan yang sesuai ketika dilakukan kegiatan panen. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak yang maksimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa seminggu sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi terjadi hanya dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian, bila buah dipanen satu minggu sebelum tepat matang, perusahaan akan kehilangan 27% dari potensi produksinya. Setiap perusahaan biasanya memiliki standar masing-masing dalam menentukan tingkat kematangan kelapa sawit di perusahaannya. Parameter dalam menyatakan tingkat kematangan TBS kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna buah dan jumlah brondolan per tandannya. Tipe nigrescens merupakan tipe buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah virescens memiliki ciri berwarna hijau ketika masih mentah dan berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap berwarna kehijau-hijauan ketika matang. Menurut PPKS (2006), kriteria tepat matang kelapa sawit berkisar 1-2 brondolan/kg tandan. Di lapangan terkadang terdapat buah sakit yang ditandai dengan buah yang membusuk di bagian pangkalnya. Buah sakit tersebut diakibatkan oleh infeksi jamur sehingga mudah terlepas dari tandan. Buah abnormal lain yang kadang ditemukan adalah buah batu. Ciri visual yang dimiliki buah batu adalah retak-retak pada bagian atas buah. Dalam keadaan matang buah batu akan sulit untuk membrondol sehingga butuh kecermatan agar tidak dikira buah mentah.
            Pengawasan proses pemanenan harus berjalan secara optimal agar tidak ada pemanen yang curang memotong buah mentah untuk menaikkan berat basis yang diperolehnya. Buah mentah yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan harus dibelah menjadi empat bagian sebagai tanda bahwa buah tersebut sudah dilakukan penindakan di lapangan dan tidak lagi dimasukkan dalam grading di pabrik kelapa sawit.
        Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas minyak kelapa sawit diukur berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Menurut Setyamidjaja (2006) kualitas minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh lama penyimpanan, suhu, benturan dan pelukaan buah dan tingkat kematangan. Selanjutnya Hatley (1997) menambahkan benturan dapat memecahkan vakuola sehingga minyak yang terkandung di dalamnya akan bereaksi dengan enzim lipase dan membentuk asam lemak bebas. Selain merugikan dari segi kualitas, kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak juga akan menambah biaya untuk memurnikan minyak melalui proses netralisasi dengan mereaksikannya terhadap larutan basa (NaOH dan Na2CO3) atau dengan proses penyulingan (Ketaren, 1986). Secara kuantitas, produksi dianggap optimal apabila mencapai rendemen minyak yang tinggi. Hal tersebut dapat diperoleh dari kematangan TBS yang optimal dan proses ekstraksi minyak di pabrik kelapa sawit.

Pustaka:
Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Second Edition. Longman Inc. New York. 806 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. 327 hal.

2013/02/11

Rotasi Panen Kelapa Sawit


Rotasi panen adalah putaran panen antara panen terakhir dengan panen selanjutnya di tempat yang sama. Jumlah rotasi panen per tahun normal yang dikendaki adalah berkisar 36-48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7-9 hari. Faktor yang mempengaruhi rotasi panen antara lain cuaca, hari libur nasional, dan tenaga kerja yang banyak tidak masuk. Berdasarkan ketentuan rotasi panen tersebut seluruh areal tanaman menghasilkan dibagi menjadi enam seksi panen. Menurut Sunarko (2007), pada panen permulaan biasanya rotasi panen 15 hari, selanjutnya 10 hari, dan terakhir 7 hari. Rotasi panen menggunakan simbol 6/7, yakni 5 hari memanen dengan interval 7 hal. Akan tetapi ada juga yang menggunakan simbol 5/7 dalam memanen tergantung kebijakan perusahaan.
            Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe bahkan bisa menjadi empty bunch. Keadaan tersebut bisa meningkatkan jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian hancak dan bisa meningkatkan kadar FFA. Interval panen terlalu cepat (< 7 hari) maka akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah under ripe bahkan buah mentah (unripe). Hal tersebut juga akan memperkecil persentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase buah yang diperoleh dan dapat mempengaruhi mutu buah yang didapatkan.

Pustaka:
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 69 hal.

Persiapan Panen Kelapa Sawit

Beberapa persiapan panen yang harus dilakukan ketika telah memasuki periode TM meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja per kemandoran, dan penetapan luas hancak kerja pemanen serta penyediaan alat-alat panen. Penetapan luas hancak tersebut selanjutnya akan berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen. Lalu pada setiap hari sebelum pemanen melakukan kegiatan pemotongan TBS, mandor panen perlu melakukan persiapan juga, seperti mengabsen seluruh tenaga pemanen, memeriksa seluruh kelengkapan peralatan pemanen beserta alat pelindung dirinya, dan menyiapkan kebutuhan transportasi guna pengangkutan tandan buah segar. Kebutuhan tenaga pemanen pun perlu disesuaikan dengan taksasi panen harian sehingga dapat mengoptimalkan dalam penggunaan tenaga pemanen.
Seksi panen adalah areal panen yang merupakan pengelompokan blok-blok areal tanaman menghasilkan dengan luas tertentu sebagai areal kerja panen yang harus diselesaikan tenaga pemanen setiap hari. Dalam Satu divisi atau afdeling biasanya memiliki enam seksi panen dengan penetapannya sebagai berikut:
Luas areal produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi)
Luas awal rata-rata per seksi : Luas satu afdeling / 6 seksi = a (ha) .
Luas rata-rata per 5 jam kerja : (5 jam / 7 jam) x a (ha) = b (ha)
Koefisien penambah luas areal : ((a – b) / 6) = c (ha)
Luas rata-rata seksi panen hari biasa : a (ha) + c (ha) = d (ha)
             Luas rata-rata seksi panen hari Jum’at : b (ha) + c (ha) = e (ha).

2013/02/07

Penyakit Infeksi Kelapa Sawit


Penyakit Busuk Akar
Patogen           : Rhizoctonia sp., Pythium sp., Fusarium sp.
Munculnya penyakit ditandai dengan memucatnya daun lalu tanaman mengalami kelayuan. Hal tersebut disebabkan pembusukan yang terjadi pada akar bibit kelapa sawit.
Pengendalian   : hindari perlukaan akar, sanitasi bibit sakit, menggunakan biofungisida yang mengandung Trichoderma sp (10 gram/polibag), menggunakan fungisida Thiram atau Benomil 0.1-0.2% dengan dosis 1 liter larutan/bibit.
Penyakit Busuk Daun (Antraknosa)
Patogen           : Botryodiplodia palmarum, Glomerella cingulata, Melanconium eaeidis.
Awal mula penyakit ditandai dengan bercak hijau pucat dari ujung daun, kemudian menjadi berwarna kecoklatan dan akhirnya membusuk.
Pengendalian   : Pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, penyemprotan dengan Dithane 0.2%, Benlate 0.3%, dan Antracol 0.2% (diaplikasikan satu minggu sekali selama satu bulan).
Penyakit Bercak Daun
Patogen           : Culvularia eragrostidis, Drechslera halodes, Cochiobolus carbonus.
Gejala ditandai dengan bercak coklat kecil yang tersebar hingga daun kering.
Pengendalian   : Jangan terlambat pindah tanam dari pre nursery ke main nursery, pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, penyemprotan dengan Dithane 0.2%, Benlate 0.3%, dan Antracol 0.2% (diaplikasikan satu minggu sekali selama satu bulan).
Penyakit Busuk Pangkal Batang
Patogen           : Ganoderma boninense
Gejalanya ialah terjadi pembusukan pada pangkal batang yang diikuti dengan tumbangnya pohon. Daun pada pelepah menjadi berwarna kuning mirip dengan kekurangan unsur hara Nitrogen hingga mengalami nekrosis. Selain itu, gejala dapat dilihat jika terjadi “daun tombak” akibat pasokan air yang terhambat. Pada tanaman umur 15 tahun, biasanya diikuti dengan menggantungnya pelepah (sengkleh).
Pengendalian   : sanitasi akar dan batang yang terinfeksi dengan cara dibakar, pembongkaran tanaman terinfeksi, pengendalian secara biologis dengan menggunakan agens antagonis yang mengandung Trichoderma sp 0.4 kg/lubang pada lubang tanam.
Penyakit Busuk Tandan
Patogen           : Marasmius palmivorus
Gejalanya ialah tandan busuk akibat infeksi jamur Marasmius palmivorus. Bagian dalam buah berwarna hitam busuk.
Pengendalian   : Mengurangi kelembaban udara dengan penunasan secara teratur, membuang tandan yang telah busuk, menyemprotkan fungisida sikloheksimid, kaptafol dengan konsentrasi 0.1-0.2% (volume semprot 300 L/ha) dengan interval 2 minggu.
Penyakit Busuk Pucuk
Patogen           : Erwinia carotovora
Gejala awal penyakit terlihat jelas pada daun pupus menjadi kering berwarna abu-abu, kemudian pada pangkalnya patah. Jaringan pada pangkal pupus telah membusuk, basah dan berbau busuk. Selanjutnya penyakit akan menyerang titik tumbuh. Gejala lanjutan pada penyakit yang terserang cukup berat, titik tumbuhnya rusak sama sekali dan jika batangnya dibor akan mengeluarkan banyak cairan berwarna kuning dan berbau busuk. Diduga serangan terjadi karena defisiensi Boron.
Pengendalian   : tanaman yang sakit (sebelum titik tumbuhnya busuk) dapat dikendalikan dengan memotong semua jaringan yang sakit dengan posisi agak di bawah bagian yang terinfeksi, lalu oleskan fungisida sistemik binomil dengan dosis 5 gram per pohon pada bagian yang telah dipotong untuk melindungi dari serangan mikroorganisme. Pohon yang terserang berat harus segera dibongkar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More